life. art. crazy mind. whatever

Kamis, 03 Oktober 2013

What is The Root of All Evil?


Dari manakah asalnya kejahatan?
Dari kacamata politik orang akan menjawab uang dan kekuasaan,
dari kalangan agama orang akan menjawab kurangnya iman,
atau dari kalangan aktivis mungkin menjawab adanya sumber daya mengenai benda-benda yang dapat menghancurkan seperti senjata api atau benda-benda penghancur masal.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, apakah bila uang, jabatan kekuasaan, dogma-dogma agama, atau senjata dihilangkan dari kehidupan, apakah kejahatan dan perilaku saling menyakiti antar umat manusia akan hilang? Tentu saja tidak!
Dogma-dogma agama selalu mengajarkan bahwa pada dasarnya setiap orang itu baik, setiap orang itu mampu mencinta sehingga banyak orang lupa bahwa setiap manusia memiliki bakat untuk menjadi jahat, seperti halnya menjadi baik.
Menurut tokoh psikoanalisis Freud (Feist & Feist, 2009), manusia memiliki 2 insting utama yaitu eros dan thanatos.
Eros merupakan insting kehidupan manusia seperti cinta, seks, dan perilaku altruisme,
sedangkan thanatos adalah insting kematian seperti agresifitas yang termanifest dalam perilaku-perilaku saling menyakiti antar sesama manusia seperti pembunuhan, perang, dan bullying.
Proses sosialisasi dan pendidikan (terutama di Indonesia) yang banyak menekankan pada moral dan tata krama membuat manusia enggan menyadari insting thanatos dalam diri mereka dan cenderung menyalahkan orang lain.
Masih ingat peristiwa kecelakaan Dul, anak dari pemusik Ahmad Dhani yang tidak mau mengakui kesalahan sendiri dan malah mencari-cari kesalahan pada pembatas jalan atau adanya kecacatan pada bahu jalan?
Atau kasus Ahmad Fathanah yang mengaku taat beragama namun terbukti melakukan korupsi dan tertangkap sedang melakukan hubungan seksual dengan seorang mahasiswi?
Masih banyak contoh-contoh lain yang membuat sebagian orang bertanya-tanya, kok bisa ya? Dia kan alim atau dia kan rajin beribadah? Nahloh.
Seorang tokoh psikoanalisis yahudi Carl Gustav Jung (dalam Feist & Feist, 2009) menyebut kondisi manusia yang demikian sebagai shadow.
Menurut Jung, shadow adalah simbol yang merepresentasikan sisi gelap manusia.
Jung, lebih lanjut melihat bahwa ternyata lebih mudah memproyeksikan sisi gelap seseorang kepada orang lain daripada mengakui hal itu merupakan keburukan dan kejahatan yang bersumber dari dalam diri manusia sendiri.
Jadi, ketika seseorang melakukan kesalahan, orang tersebut cenderung lebih mudah untuk menyalahkan orang lain atau keadaan ketimbang menyadari kelemahan sendiri.
Jung menemukan bahwa orang yang tidak mau menghadapi sisi gelapnya sendiri akan terpuruk dalam sisi gelapnya sendiri dan mengalami kehidupan yang tidak menyenangkan.
Jadi, dari manakah asalnya kejahatan? Dari dalam diri setiap manusia.
apakah kejahatan dalam diri manusia dapat dihilangkan? Tidak.
Agama dan segala pendidikan moral tidak mampu menghapus segala kejahatan di muka dunia.
Mereka ada karena memang ada, mereka ada karena pada dasarnya kehidupan adalah perpaduan antara hitam dan putih.
Kehidupan membutuhkan keseimbangan.
Putih tidak lebih baik daripada hitam, dan hitam tidak lebih baik daripada putih.
Jadi, gunakan akal dan kesadaran. kenali diri sendiri.
Karena hanya dengan memahami diri sendiri, seseorang mampu memahami bahwa musuh terbesar manusia adalah ada di dalam dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar